praktik ujian smk

praktik ujian smk
coba-coba lab

Selasa, 31 Oktober 2017

ini masalahnya kenapa mobil seharga 1milyar keatas tidak mau diajak nge-drive

ini masalahnya kenapa mobil seharga 1milyar keatas tidak mau diajak nge-drive
ini jawabanya
susilo sn
Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang Apa itu system ABS. kali ini kita akan membahas tentang apa itu System Electronic Braking Distribution atau yang biasa disingkat dengan EBD.
EBD adalah perkembangan teknologi dari ABS yg lebih menyempurkan rem kendaraan. EBD lazim disertakan dalam sistem rem ABS guna mengoptimalkan pengereman. Fungsi utamanya untuk mengatur cengkeraman rem yang berbeda-beda ke setiap roda tergantung kondisi jalan, kecepatan, beban dan faktor-faktor lainnya. Saat dikombinasikan dengan ABS, EBD mendistribusikan tekanan rem yang tepat pada tiap roda untuk mengembalikan daya cengkeram pada roda yang slip sehingga kendaraan bisa tetap terkontrol lajunya.

Ketika mobil direm, berat yg harus ditanggung ke-4 roda akan berbeda; di jalan lurus, gaya yang ditanggung ban depan akan lebih besar dari ban belakang karena berat mesin di bagian depan mobil. Nah, EBD memungkinkan kekuatan rem di roda depan lebih besar diaplikasikan daripada di roda belakang. Jika tidak ada EBD, ke-4 roda akan mendapatkan tekanan rem yg sama, sehingga ada kemungkinan ban depan belum mengunci, sementara ban belakang sudah terkunci karena beban yang lebih ringan, dan ini bisa mengakibatkan pantat mobil ngesot. EBD akan  menurunkan cengkeraman rem di ban belakang (sehingga tidak terkunci), namun tetap bisa mempertahankan aplikasi rem yang kuat di ban depan.
Apalagi kalau sebelah kiri dan kanan ban sedang melalui permukaan aspal yg berbeda karakter, misalnya ban kiri menapak aspal sedikit berpasir, sedangkan ban kanan menapak aspal mulus. Keadaan ini membuat aplikasi rem di sebelah kanan dan kiri harus disesuaikan, agar friksi ban ke permukaan jalan tetap sama. EBD inilah yg sanggup mengatur.
Kalau tidak ada EBD, dalam kondisi di atas itu, ban kiri yang di atas aspal berpasir akan mengunci duluan daripada ban kanan, yang akhirya membuat mobil kita membuang ke kiri. EBD bisa meminimalisasi ini.
Pertanyaan selanjutnya, apakah sistem ini telah diaplikasikan di Ford Ecosport? Yup, tentu saja sistem ini telah ada di mobil Ecosport kesayangan kita. (NF)
source : dirangkum dari berbagai sumber


REFERENS 1
Cara Dan Metode Penggunaan Cylinder Bore Gauge


Belajar Otomotif, Silinder bore gauge di gunakan untuk menentukan OS yang harus di lakukan, jadi fatal akibatnya jika salah dalam memperhitungkan berapa besar OS yang harus di lakukan, Walaupun kesalahannya hanya 1 mm itu sangat fatal, jadi anda harus teliti dalam melakukan pengukuran. Jadi perhatikan langkah-langkah nya.
belajar-otomotif


















Gambar Konstruksi Cylinder Bore Gauge

Cylinder Bore Gauge adalah alat untuk mengukur diameter silinder, dengan ketelitian sampai 0,01 mm.Berguna untuk alat pelengkap untuk over houle, alat ini untuk mengidentifikasi Keovalan, ketirusan, dan untuk menentukan besar-kecilnya pengeboran silinder. Sahabat otomotif penggunaan Cylinder bore gauge wajib di kuasai ketika kamu lagi OH atau Ujian praktek,perhatikan langkah-langkah penggunaannya.
A.           CARA PEMILIHAN REPLACEMENT ROD DAN WASHER

1.         Ukur diameter silinder dengan vernier caliper.
2.         Lihat angka di belakang koma, apakah lebih besar atau lebih kecil dari 0,5 mm.
Contoh :
1.    Bila hasil pengukuran = 52,30 mm   
2.    Maka anda memilih :
Replacement rod     = 50 mm
• Replacement washer  =  2 mm

1.    Bila hasil pengukuran = 52,70 mm
2.    Maka pilih lah.     :
• Replacement rod.     = 50 mm
• Replacement washer.  = 3 mm

B.              METODA PENGUKURAN

belajar--otomotif


   1. Ukur diameter silinder dengan vernier caliper. Pilihlah replacement rod dan washer yang sesuai, dan pasangkan pada silinder gauge. Bila hasil pengukuran diameter adalah 91,00 mm, gunakan replacement rod 90 mm dan replacement washer 1 mm.

  2.  Set micrometer pada 91 mm (seperti penjumlahan replacement rod dan replacement washer), masukkan replacement rod dan measuring point ke dalam micrometer, dan dial gauge diset ke “0” dengan memasukan silinder bore gauge ke micrometer.
    

Tips cara cepat = Penyetelan angka '0' pada dial gauge dapat di lakukan di dalam silinder,dengan memasukan silinder bore gauge ke dalam silinder dengan kedalaman ± 0,5 cm,karena daerah bagian atas ± 1 cm dari permukaan block silinder tidak bergesekan langsung dengan piston sehingga ukurannya tidak berubah.

  3.  Masukkan cylinder gauge pada posisi diagonal ke dalam silinder, gerakkan cylinder gauge sampai diperoleh hasil pembacaan terkecil. Bila hasil pembacaan adalah 0,08 mm sebelum “0”, berarti diameter silinder adalah 0,08 mm lebih besar dari 91 mm. Karena itu diameter silinder adalah 91,08 mm (91,00 + 0,08 mm).



Pengukuran dilakukan pada 3 titik yaitu :
a. Titik Atas (TA) , yaitu pengukuran dilakukan ± 1 cm di bawah permukaan blok silinder
b. Titik Tengah (TT) ,yaitu pengukuran di lakukan tepat ditengah-tengah kedalaman silinder.
c. Titik Bawah (TB) ,yaitu pengukuran di lakukan di bagian paling dasar silinder.

Itulah bagaimana cara menggunakan silinder bore gauge, yang perlu anda ketahui sebelum melakukan Over Saize. Silahkan anda praktekan di sekolah tentunya dengan petunjuk dan bimbingan guru.
















DAFTAR PUSTAKA

Nay Yatno, (2016“Cara Dan Metode Penggunaan Cylinder Bore Gauge | otomotif”.    http://www.caraimaji.com/2016/02/cara-gunakan-sylinder-bore-gauge.html

Autoexpose “Cara Menghitung Keovalan Dan Ketirusan Blok Silinder Mesin”. http://www.autoexpose.org/2017/03/menghitung-keovalan-dan-ketirusan.html


REFERENS 2

Cara Menghitung Keovalan Dan Ketirusan Blok Silinder Mesin

Dalam proses kerjanya, mesin menghasilkan tenaga dari adanya pembakaran. Pembakaran itu akan mendorong piston untuk bergerak naik turun. Gerakan tersebut pasti menghasilkan adanya gesekan antara silinder dan ring piston. Dalam waktu lama, gesekan ini akan menimbulkan keausan diantara kedua komponen itu. Itulah sebabnya mesin yang sudah berumur memiliki keluhan tenaga kurang dengan tekanan kompresi yang rendah.
Jika silinder sudah aus, artinya tenaga juga akan terhambat. Sehingga perlu dilakukan over size hingga penggantian. Namun untuk mengetahui apakah silinder mesin masih layak atau tidak, kita perlu melakukan pengukuran. Pengukuran ini akan mengetahui besat ketirusan dan keovalan silinder mesin. Lantas bagaimana langkahnya, simak cara menghitung keovalan dan ketirusan silinder mesin berikut.
A.          Perbedaan Ketirusan Dan Keovalan
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari pahami arti dari kedua kata ini. Ketirusan dan keovalan memiliki arti yang berbeda.
Ketirusan, adalah bentuk keausan silinder jika dilihat dari bagian samping silinder. Bentuk keausan ini akan berbentuk tirus karena ada perbedaan diameter silinder bagian bawah dan atas. Perbedaan ini akan menunjukan besar ketirusan.
Keovalan, adalah bentuk keausan silinder mesin jika dilihat dari bagian atas. Silinder yang normal, pasti akan berbentuk lingkaran sempurna jika dilihat dari atas. Namun ketika terjadi keausan di salah satu sisi silinder, bentuknya pun menjadi lebih oval.

B.          Cara mengukur keovalan dan ketirusan silinder.
Untuk melakukan pengukuran silinder mesin, kita perlu tools khusus yang disebut Cylinder Bore Gauge. Alat ini dapat mengukur diameter silinder dengan ketepatan mencapai 0,01 mm. Namun sebelum melakukan pengukuran, kita perlu melalukan penyetelan pada alat ini.
Nama komponen cylinder bore gauge :

alat pemeriksaan keausan silinder
Gambar Komponen Clylider bore gauge
  1. Dial gauge. Komponen ini akan menunjukan skala ukuran dengan satuan mili meter.
  2. Lock position. Komponen ini berfungsi menahan agar dial gauge tetap diam saat bore gauge digunakan.
  3. Grip. Komponen ini berfungsi sebagai pegangan ketika mengaplikasikan bore gauge.
  4. Replacement rod. Komponen berupa batang dengan panjang yang bervariasi untuk mengukur banyak silinder yang mempunyai diameter berbeda.
  5. Replacement washer. Sama halnya dengan replacement rod, namun replacement washer memiliki ketebalan yang kecil. Berkisar 0,5 mm.
  6. Measuring point. Berupa tonjolan yang apabila ditekan akan menggerakan jarum dial gauge.
C.             Langkah-langkah penyetelan cylinder bore gauge.


Untuk melakukan penyetelan, kita harus mengetahui lebih dulu berapa diameter standar blok mesin yang akan kita ukur. Diameter standar bisa diketahui dengan melihat spesifikasi teknis mesin atau mengukurnya secara langsung dengan vernier caliper. Pengukuran menggunakan vernier caliper hanya sebagai acuan karena kurang akurat.
Jika sudah diketahui besar diameter silinder, maka lanjutkan untuk merangkai replacement rod pada bore gauge. Misal diameter silinder adalah 62,05 mm. Maka kita memilih replacement rod dengan panjang 60 mm ditambah replacement washer dengan ketebalan 3 mm. Sehingga total 63.00 mm.



Mengapa lebih tinggi ?
Karena kita akan mengukur keausan. Komponen yang mengalami keausan pasti memiliki pembesaran diameter. Jika kita pilih replacement rod yang sama atau lebih kecil dari diameter silinder, maka measuring point tidak dapat tertekan saat melakukan pengukuran.
Komponen cylinder bore gaugePemeriksaan ketirusan silinder blockSetelah terpasang, maka set dial gauge ke angka nol menggunakan micrometer. Posisikan outer micrometer pada ukuran 62,05 mm, masukan replacement rod pada timble micrometer. Maka measuring point akan bergerak dan jarum dial gauge ikut bergerak. Set skala dial gauge ke posisi nol pada jarum dial gauge.













Gambar Cara melakukan pengukuran
D.            Langkah pengukuran diameter silinder.

Lakukan pengukuran di dalam silinder. Ada tiga posisi pengukuran tiap silinder yaitu pada sumbu X dan Y masing-masing posisi atas, tengah dan bawah. Sumbu X adalah sumbu yang memotong mesin secara melintang atau horizontal. Sedangkan sumbu Y adalah garis yang memotong mesin secara vertikal atau memanjang.
Cara mengukurnya, masukan cylinder bore gauge ke dalam silinder. Kemudian, goyangkan alat ini kekiri dan kekanan sambil memperhatikan jarum dial indicator. Kita perlu memperhatikan titik terjauh jarum bergerak. Karena titik ini akan menunjukan selisih diameter silinder dengan diameter standar. Lakukan pengukuran ini pada tiap posisi masing-masing silinder.
Untuk menghitung keovalan, kita perlu mencari selisih antara pengukuran diameter sumbu X dan sumbu Y pada tiap posisi. Sementara ketirusan, dapat kita ketahui dengan mencari selisih pengukuran diameter atas dan bawah pada satu sumbu.
Cara mengukur diameter
Gambar cara menghitung keovalan

E.          Cara lain dalam mengukur diameter silinder.

Cara diatas adalah prosedure pengukuran diameter silinder yang benar. Namun, dalam aplikasinya terkadang di temui beberapa kendala seperti hasil pengukuran yang lebih kecil dari standar. Hal itu bisa saja terjadi karena setiap mesin memiliki diameter yang berbeda walau dibuat pada pabrik yang sama. Untuk itu ada cara lain yang banyak digunakan para teknisi untuk menghitung ketirusan dan keovalan.
Caranya lihat dahulu besar diameter standar blok mesin untuk merangkai replacement rod dan washer yang tepat. Kemudian, lakukan penyetelan langsung didalam silinder.
Dengan cara memasukan cylinder bore gauge ke dalam silinder posisi paling bawah. Posisi paling bawah merupakan area yang tidak mengalami gesekan dengan ribg piston. Sehingga diameternya masih standar. Lanjut dengan menggerakan bore gauge kekanan dan kekiri. Perhatikan titik terjauh jarum dial gauge. Posisikan skala dial gauge ke posisi nol tepat pada jarum yang bergerak ke titik terjauh.
Selanjutnya, kita langsung melakukan pengukuran diameter silinder pada enam posisi tersebut seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Demikian panduan tentang cara menghitung ketirusan dan keovalan silinder mesin menggunakan cylinder bore gauge. Selain dari ketirusan dan keovalan silinder, penyakit pada mesin juga bisa disebabkan karena piston yang tidak standar.





















DAFTAR PUSTAKA

Nay Yatno, (2016“Cara Dan Metode Penggunaan Cylinder Bore Gauge | otomotif”.    http://www.caraimaji.com/2016/02/cara-gunakan-sylinder-bore-gauge.html

Autoexpose “Cara Menghitung Keovalan Dan Ketirusan Blok Silinder Mesin”. http://www.autoexpose.org/2017/03/menghitung-keovalan-dan-ketirusan.html





Menghitung Sudut Pengapian dan Sudut Dwell

A.           Sudut pengapian
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ4fAaCfwCMD9jgyRdxDj-wITNrUcDBQsdVgKotf4Sp-Wd_I_eS9iyMs_T2H68ccRgzOfg-e3_lML_PleOsTZQ5_XLbWXdCj3G-LnAGa1ssvY8qLe0rW3zIZ3xIauNN2JHOEHF64JSW7TX/s320/Capture.JPGSudut pengapian yaitu sudut putar dari kam atau nok distributor mulai dari saat kontak pemutus atau platina membuka (sudut A) sampai kontak pemutus atau platina C)

Gambar sudut pengapian

Sudut pengapian dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini :

Sudut pengapian (a) = 360o : Z
Z = jumlah silinder

Misalnya, untuk motor yang memiliki 4 silinder yaitu sudut pengapiannya adalah:
Sudut pengapian (a) = 360o : 4 = 90o poros kam atau nok
Untuk motor yang memiliki 6 silinder yaitu sudut pengapiannya adalah :
Sudut pengapian (a) = 360o : 6 = 60o poros kam

B.            Sudut dwell
Sudut dwell yaitu sudut saat kontak pemutus atau platina menutup. Sudut dwell dapat ditunjukkan dengan gambar berikut ini :





                                                                                       
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0rgOKDDqZ_XPKX-Wmz3tEFyn7vK3pv-4sYp_g3LL43l4-GlwUAghWq13o0y109vRHKq7xd6UQwhW7Fyz44zXNS9NBygd1Rdhbz1Pw1HOmHm63i1n0ZmqzcEUfOg4FiGm0ihhjon66I8uV/s320/Capture.JPG

          Keterangan gambar:
A sampai B merupakan sudut buka kontak pemutus atau platina
B sampai C merupakan sudut tutup kontak pemutus atau platina

Sudut dwell terjadi saat kontak pemutus (platina) pada posisi B sampai C atau lebih jelasnya sudut dwell terjadi ketika sudut putar kam atau nok distributor mulai dari saat kontak pemutus (platina) menutup (posisi B) sampai dengan kontak pemutus atau platina mulai membuka (posisi C) pada tobjolan kam berikutnya dengan satuan derajat poros kam

Sudut dwell dapat dihitung dengan rumus : Sudut dwell = 60% x sudut pengapian = 60% x 360o : Z (dengan tingkat toleransi sebesar ± 2o

Contoh menghitung sudut dwell :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzlJEOidbo0DN-hQGUrzMXsArIcXtIYvj9sKkCx_NBBCthRVYKCbs5KBjKisWJNwfJK5LoIAGKlKANWWplSMxuj5TyUvyRYzVy0jDDvp7iobRDMwWnsogd2G7XyOCFJRNtSRcHmcZuR3QR/s1600/Capture.JPG1.             Motor yang memiliki 4 silinder
Gambar cam motor 4 silinder
Sudut pengapian (a) = 360o : 4 = 90o poros kam
Sudut dwell = 60% x sudut pengapian = 60% x 90o poros kam = 54o dengan toleransi sebesar ± 2o
Jadi besar sudut dwellnya yaitu 54o ± 2o atau 52o  sampai 56o poros kam



2.             Motor yang memiliki 6 silinder
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW2vMElo5XSr9IT2an4xCjmz-_vJ7Zk-0sc42-QpqFA99uX1OogxHJOfv2E_AeLq2eqHko75k8wHMvUDPiND61UgzxzluK60A0pBRvXl5_5DdMN2nnjj0Wv6mhs3veDc-6YHFeRvO4z_Zc/s1600/Capture.JPG
Gambar cam 6 silinder
Sudut pengapian (a) = 360o : 6 = 60o poros kam
Sudut dwell = 60% x sudut pengapian = 60% x 60o poros kam = 36o dengan toleransi sebesar ± 2o
Jadi besar sudut dwellnya yaitu 56o ± 2o atau 34o  sampai 38o poros kam















DAFTAR PUSTAKA
Prasetyadi, Juan, (2017) “Menghitung Sudut Pengapian dan Sudut Dwell”. http://www.teknik-otomotif.com/2017/01/menghitung-sudut-pengapian-dan-sudut.html